Bolehkah Bilang “Aku Muslim Insya Allah”? – Syaikh Shalih al-Ushoimi #NasehatUlama
Jika seorang hamba ditanya tentang keimanannya, “Apakah kamu seorang mukmin atau muslim?” maka hendaklah ia menjawab, “Aku beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya.” Atau ia menjawab, “Aku seorang mukmin insya Allah.” Perkataan penulis rahimahullahu Ta’ala…”Atau ia menjawab, ‘Aku seorang mukmin insya Allah’.” adalah termasuk masalah yang berkaitan dengan iman yang disebut dengan.masalah pengecualian dalam iman, yaitu menyebutkan bahwa ia beriman namun dengan menyertakan kalimat ‘insya Allah’. Dan masalah pengecualian dalam iman ini…memiliki dua bentuk.
BENTUK PERTAMA:
Dia mengatakan itu karena ragu dan bentuk ini hukumnya haram berdasarkan kesepakatan para ulama,dan bisa jadi hukumnya kafir bagi yang mengucapkannya.
BENTUK KEDUA: Jika dia mengatakannya bukan karena keraguan.
Dan bentuk kedua ini terbagi menjadi beberapa jenis.
Jenis yang pertama…Jika dia mengatakannya untuk mengharap keberkahan melalui zikir kepada Allah, maka ini hukumnya boleh.
Dan jenis yang kedua,.. Jika dia mengatakannya karena yakin bahwa seluruh…kejadian terikat oleh takdir Allah,…maka ini hukumnya juga boleh.
Dan jenis yang ketiga,..Jika dia mengatakannya karena maksud ketidaktahuannya tentang apa yang akan terjadi di masa depan,..karena dia tidak tahu apakah akan meninggal dalam keadaan beriman atau tidak,maka ini juga boleh dilakukan.
Dan jenis yang keempat, Dia mengatakannya karena merasa dirinya masih memiliki banyak kekurangan…dan masih belum sampai pada keimanan yang sempurna, karena dia takut masih ada kelalaian dalam menunaikan kewajiban atau takut masih melakukan hal yang haram maka ini hukumnya sunnah.
Adapun para salaf yang melakukan pengecualian dalam iman ini atau menyebutkannya di dalam kitab-kitab akidah salaf…maka yang mereka maksud adalah makna-makna yang dibenarkan. Dan yang paling baik adalah jenis yang terakhir. Karena jika seorang hamba ditanya, “Apakah kamu seorang mukmin?” kemudian menjawab, “Aku seorang mukmin insya Allah” dan berharap dapat meraih kesempurnaan iman serta khawatir terhadap dirinya…jika melalaikan sebagian cabang keimanan,maka itu adalah hal yang terpuji baginya.
================================================================================
وَهَذَا جَائِزٌ أَيْضًا
وَرَابِعُهَا
أَنْ يَقُولَهَا عَلَى إِرَادَةِ الْإِزْرَاءِ عَلَى نَفْسِهِ
وَعَدَمِ بُلُوغِ الْكَمَالِ فِي الْإِيمَانِ
خَشْيَةَ التَّفْرِيطِ فِي وَاجِبٍ
أَوِ ارْتِكَابِ مُحَرَّمٍ
وَهَذَا مُسْتَحَبٌّ
وَمَنِ اسْتَثْنَى مِنَ السَّلَفِ
أَوْ ذَكَرَ هَذَا فِي كُتُبِ اعْتِقَادِ السَّلَفِيَّةِ
فَإِنَّمَا أَرَادُوا
الْمَعَانِيَ الصَّحِيحَةَ
وَأَمْثَلُهَا آخِرُهَا
فَإِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قِيلَ لَهُ أَمُؤْمِنٌ أَنْتَ
فَقَالَ مُؤْمِنٌ إِنْ شَاءَ اللهُ
يَرْجُو أَنْ يُدْرِكَ كَمَالَ الْإِيمَانِ وَيَخَافُ عَلَى نَفْسِهِ
تَضْيِيْعَ شَيْءٍ مِنْ شُعَبِهِ
كَانَ ذَلِكَ مِمَّا يُحْمَدُ لَه